Image and video hosting by TinyPic
relojes para web free clock for website
KOMENTAR & SARAN
PROGRAM KERJA LABORATORIUM FISIKA
Minggu, 12 September 2010
PROGRAM KERJA LABORATORIUM FISIKA (PHYSIC LABORATORY)
SMA NEGERI 1 BANJAR
PADA SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2010/2011


A. Pendahuluan

Sains semula berasal dari bahasa asing `science`berasal dari bahasa latin`scientia` yang berarti saya tahu. Kata `science`sebenarnya berarti ilmu pengetahuan yang terdiri dari sosiaal science, dan natural science. Namun dalam perkembangannya, secience diterjemahkan sebagai sains yang berarti ilmu pengetahuan alam (IPA) saja (Jujun Suriasumantri dalam trianto, 2008:60).
Menurut H.W Fowler (dalam trianto,2008:60) sains dinyatakan sebagai pengetahuan yang sistematis yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi.
Sains mempelajari alam semesta, benda-banda yang ada dipermukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat diamati indera maupun yang tidak dapat diamati dengan indera. Sains atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik mahluk hidup maupun benda mati yang diamati (Kardi dan Nur, dikutif Trianto, 2008:61).
Adapun Wahyana (1986) mengatakan bahwa sains adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa sains adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur, dan sebagainya.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar (Kurikulum KTSP, Puskur Balitbang, 2007).
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam. Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika (Kurikulum KTSP, Puskur Balitbang, 2007) .
Pada tingkat SMA/MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup (Kurikulum KTSP, Puskur Balitbang, 2007).
Kurikulum bidang studi yang padat dan kompleks mestinya secara tidak langsung menggiring para guru untuk kreatif dan antisipatif terhadap keefektifan akan pembelajarannya di sekolah. Hal ini dapat dilakukan mulai dari pengemasan rancangan pembelajaran hingga mengimplementasikannya di kelas. Oleh sebab itu, para guru hendaknya menghindari dan mengantisipasi agar tidak memunculkan suasana teaching centered dalam pembelajaran, tetapi perlu menciptakan suasana kelas yang memicu keterampilan berikir divergen siswa, minat dan bakat siswa, aktivitas dan kreativitas, sikap kritis siswa, penuh toleransi, membuat siswa yang saling membantu satu sama lain, dan memfasilitasi mereka agar dapat sukses bersama secara akademik.
Pada hakikatnya sains dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Selain itu sains dipandang pula sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur (Marsetio Donosepoetro, dalam trianto,2008:62). Sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru. Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses berupa pengetahuan yang diajarkan, bahan ajar ataupun disiminasi pengetahuan.
Sementara itu menurut laksmi (dalam Trianto,2008:62) mengatakan bahwa sains hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, sains merupakan sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep serta bagan konsep. Sebagai suatu proses, sains merupakan proses yang dipergunakan untuk mempelajari obyek studi, menemukan dan mengembangkan produk-produk sains. Dan sebagai aplikasi, teori-teori sains akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan.
Secara umum, sains meliputi tiga bidang ilmu dasar yaitu biologi, fisika, dan kimia. Fisika merupakan salah satu cabang dari sains, dan merupakan ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengajuan hipotesis, pengujian hipotesis melalui eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Dan dapat dikatakan bahwa hakikat fisika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala melalui serangkaian proses yang dikenal dengan proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya terwujud sebagai produk ilmiah yang tersusun atas tiga komponen penting berupa konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori yang berlaku secara universal. Dengan demikian, sains itu muncul melalui serangkain proses ilmiah sesuai dengan amanat filsafat ilmu. Dalam Pembelajaran, implementasi prinsip-prinsip tersebut di atas didasarkan pada kurikulum, yang dalam hal ini adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP).
Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang dikembangkan oleh satuan pendidikan, yakni pihak sekolah bersama komite sekolah yang mengacu pada standar isi dan standar kompetensi lulusan yang ditetapkan secara nasional oleh Menteri Pendidikan Nasional (Suparlan, 2009: 113)
Pada dasarnya, kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) 2004, yaitu kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan/ sekolah. Tidak terjadi perbedaan esensial antara KBK dengan KTSP, keduanya sama-sama seperangkat rencana pendidikan yang berorientasi pada kompetensi dan hasil belajar siswa (Masnur Muslich, 2008: 17).
Kompetensi merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Mc Ashan, 1981 (dalam Mulyasa, 2004: 38) menyatakan bahwa kompetensi: “ . . . is a knowledge, skills, and abilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or her being to the exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive, affective, and psychomotor behaviors”. Dalam hal ini, kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kogntif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan itu, Finch & Crunkilton, 2979 (dalam Mulyasa, 2004: 38) menyatakan kompetensi sebagai penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan. Gordon, 1988 (dalam Mulyasa, 2004: 38) menyatakan beberapa aspek terkait kompetensi, yaitu pengetahuan (knowledge), pemahaman (understanding), kemampuan (skill), nilai (value), sikap (attitude), dan minat (interest).
Menurut Hall dan Jones, 1976 (dalam Masnur Muslich, 2008: 15), kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara pengetahuan dan kemampuan yang dapat diamati dan diukur. Dan spencer memberikan pengertian bahwa kompetensi merupakan karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan timbale balik dengan suatu criteria efektif, kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan.
Kurikulum yang berbasis kompetensi memiliki tujuan agar siswa memperoleh kompetensi dan kecerdasan yang mumpuni dalam membangun identitas budaya dan bangsanya. Ini berarti bahwa melalui penerapan kurikulum tersebut, diharapkan diperoleh outcome yang memiliki kompetensi yang baik, keterampilan untuk menunjang hidup yang memadai, mengembangkan moral yang terpuji, pembentukan karakter yang kuat, kebiasaan hidup yang sehat, semangat bekerja sama yang kompak, dan apresiasi estetika yang tinggi terhadap dunia sekitar (Puskur, Balitbang, Depdiknas, 2001; Masnur Muslich, 2008: 17).
Kurikulum KTSP untuk mata pelajaran Fisika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut (Kurikulum KTSP, Puskur Balitbang, 2007).
1. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
4. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif
5. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Mata pelajaran Fisika di SMA/MA merupakan pengkhususan IPA di SMP/MTs yang menekankan pada fenomena alam dan pengukurannya dengan perluasan pada konsep abstrak yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut (Kurikulum KTSP, Puskur Balitbang, 2007).
1. Pengukuran berbagai besaran, karakteristik gerak, penerapan hukum Newton, alat-alat optik, kalor, konsep dasar listrik dinamis, dan konsep dasar gelombang elektromagnetik
2. Gerak dengan analisis vektor, hukum Newton tentang gerak dan gravitasi, gerak getaran, energi, usaha, dan daya, impuls dan momentum, momentum sudut dan rotasi benda tegar, fluida, termodinamika
3. Gejala gelombang, gelombang bunyi, gaya listrik, medan listrik, potensial dan energi potensial, medan magnet, gaya magnetik, induksi elektromagnetik dan arus bolak-balik, gelombang elektromagnetik, radiasi benda hitam, teori atom, relativitas, radioaktivitas.

Label:

posted by admin @ 08.10  
1 Comments:

Posting Komentar

<< Home
 
Kepala Sekolah
Photobucket  
Berita Terkini
Dokumen
Rujukan
© SMAN 1 BANJAR, BULELENG Blogger Templates by ICT Team